BRIDA Provinsi NTB menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema riset standarisasi Peresean pada Kamis, 11 Desember 2025. Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk menjaga autentisitas budaya Sasak sekaligus mendorong Peresean naik kelas sebagai olahraga tradisional yang tertib, aman, dan bertaraf nasional hingga internasional.
Dalam sambutannya, Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H., menegaskan bahwa Peresean bukan sekadar atraksi wisata, melainkan warisan budaya yang mengandung nilai sportivitas, solidaritas sosial, serta keseimbangan fisik dan spiritual. Modernisasi dan komersialisasi disebut turut menggeser maknanya, sehingga riset komprehensif diperlukan untuk memastikan tradisi ini tetap lestari dan bermakna.
FGD menghadirkan tokoh adat, akademisi, dan pemangku kebijakan untuk merumuskan arah pengembangan Peresean. Dr. H. Lalu Sajim Sastrawan, S.H., M.H., selaku ketua tim peneliti, memaparkan kajian pendahuluan “Standarisasi Peresean di NTB”. Ia menekankan bahwa Peresean—adu ketangkasan menggunakan rotan (penjalin) dan tameng ende—memiliki nilai budaya mendalam yang harus dijaga sambil diarahkan menjadi olahraga tradisional yang terstruktur.

Tokoh adat turut memaparkan filosofi dan aturan adat Peresean, termasuk peran pepadu serta nilai moral yang selama ini menjadi roh tradisi. Sementara itu, pemerintah daerah memberikan masukan terkait pentingnya penyusunan standar teknis, mulai dari keselamatan pemain, tata pelaksanaan, hingga kriteria kompetisi.
Melalui kolaborasi multisektor ini, BRIDA NTB berharap proses standarisasi dapat menjadi pijakan awal mengusulkan Peresean sebagai cabang olahraga tradisional resmi, baik di ajang FORNAS maupun event internasional. Upaya ini sekaligus diharapkan memperkuat citra budaya NTB dan menghadirkan Peresean sebagai ikon budaya yang tetap autentik namun relevan di era modern.